Kisah Pria dan Empat Orang Istrinya

Ada seorang pria saudagar kaya raya yang mempunyai 4 isteri. Seluruh isteri sangat dia cintai, tapi yang ke-4 lah yang dia manjakan dengan harta dan kesenangan. Isterinya ini memang tercantik di antara ketiga isteri yang lainnya. Saudagar ini juga mencintai isterinya yang ke-3. Dia sangat bangga dengan sang isteri dan selalu berusaha untuk memperkenalkan wanita cantik ini kepada semua temannya....

Read More

3 Golongan Orang Sholat Jumat

Tiga tingkatan (golongan) orang yang melaksakan shalat Jum’at Dalam salah satu hadists Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah (yang berpendapat hadits ini shahih) dari Abdullah bin Umar ra, Rasulullah bersabda bahwa ada tiga tingkatan / jenis orang yang menghadiri jum'at yaitu: • Orang yang menghadirinya dengan sia-sia, dan baginyalah kesia-siaan itu • Orang yang menghadirinya...

Read More

Sejarah JIL Merusak Akidah Islam di Indonesia

Setelah didirikan pada tanggal 8 maret 2001, praktis JIL mulai disibukkan pada serangkaian agenda-agenda penting mereka untuk membumikan garis Islam liberal yang sudah sempat booming pada era 1970-an.Situs JIL pun launch bertetepatan pada tanggal yang sama. Menurut Budy Munawar Rachman, JIL bukanlah organisasi formal layaknya Muhammadiyah dan NU. JIL hanyalah organisasi jaringan yang lebih bersifat...

Read More

Relativitas Waktu

Kini, relativitas waktu adalah fakta yang terbukti secara ilmiah. Hal ini telah diungkapkan melalui teori relativitas waktu Einstein di tahun-tahun awal abad ke-20. Sebelumnya, manusia belumlah mengetahui bahwa waktu adalah sebuah konsep yang relatif, dan waktu dapat berubah tergantung keadaannya. Ilmuwan besar, Albert Einstein, secara terbuka membuktikan fakta ini dengan teori relativitas. Ia menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan...

Read More

Bagian Otak yang Mengendalikan Gerak Kita

"Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka." (QS Al-'Alaq : 15-16) Penelitian yang dilakukan di tahun-tahun belakangan mengungkapkan bahwa bagian prefrontal, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi khusus otak, terletak pada bagian depan tulang tengkorak...

Read More

Sabtu, 06 Agustus 2011

MARHABAN YA RAMADHAN: Zakat Fitrah

  Zakat Fitrah

Zakat Fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap muslim yang pada malam Iedul Fitri hingga 
pagi esok harinya mempunyai makanan yang cukup, walaupun itu seorang bayi yang lahir sebelum 
shalat Iedul Fitri, wajib dibayarkan zakat fitrahnya. Dan bahkan uniknya seorang musytahikpun jika ia 
menerima zakat fitrah dari zakat fitrah orang lain dan melebihi dari cukup untuk malam Iedul Fitri dan
besoknya maka diapun harus membayarkannya. Hal ini pernah disabdakan oleh Rasulullah saw bahwa 
beliau mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa (Ramadhan) dari 
perbuatan sia-sia dan keji. Dan merupakan makanan bagi para orang miskin. Maka barang siapa yang 
menunaikannya sebelum shalat 'Iedul Fitri, maka ia sebagai zakat (fitrah) yang diterima (sah) dan 
barang siapa yang menunaikannya sesudah shalat 'Iedul Fitri, maka ia dianggap sebagai shadaqah biasa
(bukan zakat fitrah) (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah). 
Dan didalam hadits lain beliau bersabda: 
“Cukupilah mereka (fakir miskin) pada hari ini (malam hari raya ‘Iedul Fitri) dengan zakat fitrah.”
(HR Daruquthni)

Note: 
Dari hadits diatas dapat disimpulkan bahwa Zakat Fitrah itu berfungsi untuk menyucikan dan 
menambali kekurangan-kekurangan dari amalan yang kita kerjakan di bulan Ramadhan, khususnya 
amalan shaum. Disamping itu zakat fitrah ini tentu mengemban misi sosial diantara kaum yang mampu 
dengan yang dhuafa, berbagi rasa hingga dihari Iedul Fitri ini tak ada seorangpun diantara kita kaum 
muslimin yang bersedih, khususnya yang dikarenakan oleh kekurangan makanan dan semua harus 
gembira. Kemudian zakat fitrah ini berfungsi sebagai pembawa amalan-amalan kita selama Ramadhan 
kepada Allah swt sebagaimana yang dikatakan Rasulullah saw dalam sebuah hadits beliau:

“Puasa bulan Ramadhan tergantung antara langit dan bumi, dan tidak akan dilangsungkan ke hadhirah Allah, 

kecuali ia mengeluarkan zakat fitrahnya”.
(sumber: saef-jaza.blogspot.com)

Selasa, 14 Juni 2011

KALAM (Kajian Malam) jilid 2

Senin, 09 Mei 2011

Lambang MPE

Kamis, 28 April 2011

Waspada, Cara NII Mencuci Otak!!

Negara Islam Indonesia (NII) jadi sorotan gara-gara laporan hilangnya sejumlah mahasiswa di Malang, Jawa Timur. Mereka diduga dikarantina dan dicuci otak.

Sejumlah kampus pun langsung melakukan langkah antisipasi, termasuk Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berencana membuka Crisis Center. UIN akan memproses mahasiswa yang masuk NII dengan berbagai cara, salah satunya dialog.

Seperti apakah metode cuci otak yang dilakukan NII? Mantan pengikut NII , Ken Setiawan mengatakan, pada para pengikutnya, NII selalu melakukan komunikasi terus-menerus. "Diberi sugesti, pembenaran, tak diberi kesempatan berpikir, dimasuki terus. Pokoknya, kita benar yang lain salah," kata pendiri NII Crisis Centre itu saat dihubungi VIVAnews.com, Rabu 27 April 2011.

Tak hanya dilakukan di sejumlah pertemuan. "Bahkan ketika di jalan, kami ditelepon, di SMS. Diwanti-wanti, kalau ada masalah tidak boleh curhat ke mana-mana," tambah dia.

Para pemimpin akan memakai ayat-ayat tertentu sebagai pembenaran. Misalnya, salah satu ayat terkait Nabi Musa yang artinya, "tugasmu hanya untuk sabar, bukan untuk bertanya," kata Ken. "Itu yang jadi landasan mereka, kami nggak boleh banyak bertanya, itu artinya gagal."

Saat pengikut NII melihat ada hal-hal yang menyimpang seperti korupsi atau zina, akan dikatakan, itu kelakuan oknum. "Dibilang ah,  itu kehendak Allah yang penting terus  berjuang."

Jika masyarakat menyorot negatif, giliran kisah tauladan Nabi Ibrahim yang tak mempan dibakar Raja Namrud digunakan. "Dikatakan, kita nggak akan terbakar dengan berita itu. Mereka justru merasa diuji," tambah Ken.

Demikian pula jika ada pengikut yang ke luar. Akan dikatakan, "mereka kan orang yang nggak  sanggup berjuang." Ancaman juga selalu diberikan untuk para pembelot NII. "Diancam dibunuh, tapi itu bohongan, sejak zaman jebot tak terbukti."

Sementara, Direktur Lembaga Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Surabaya Prof. Dr. Ir. Pribadiono mengatakan efek cuci otak lebih awet daripada hipnotis.

Dijelaskan dia, metode cuci otak adalah mengacak memori atau bioritme otak. "Jika itu dilakukan, otak menjadi rusak mudah dimasuki doktrin apapun. Korban cuci otak bisa lupa keluarga atau segalanya, yang diingat hanya doktrin-doktrin yang diterima," urai guru besar Falkultas Ekonomi Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya, Rabu.

Dijelaskan, teknis mengacak memori otak adalah memperbanyak waktu terjaga dan mengurangi tidur. Bersamaan dengan itu peserta diberikan pelatihan fisik yang cukup padat dan waktu istirahat yang sempit. Di tengah waktu istirahat mereka dibangunkan dan kembali diberi pelatihan fisik lagi.

"Rentan waktu dua minggu dengan aktivitas seperti itu memori otak akan kacau. Kemudian, para pendoktrin siap memasukkan doktrinnya melalui alam bawah sadarnya," jelasnya.

Jika ingin cepat sembuh, korban cuci otak harus dikembalikan ke lingkungan asalnya. Dan, diberi pemahaman-pemahaman tentang persoalan yang dihadapi.

sumber: (http://www.nii-crisis-center.com & vivanews.com)

Jumat, 22 April 2011

Bagian Otak yang Mengendalikan Gerak Kita



كَلَّا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ # نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ

Artinya : "Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka." (QS Al-'Alaq : 15-16)

Ungkapan "ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka" dalam ayat di atas sungguh menarik. Penelitian yang dilakukan di tahun-tahun belakangan mengungkapkan bahwa bagian prefrontal, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi khusus otak, terletak pada bagian depan tulang tengkorak. Para ilmuwan hanya mampu menemukan fungsi bagian ini selama kurun waktu 60 tahun terakhir, sedangkan Al Qur'an telah menyebutkannya 1400 tahun lalu. Jika kita lihat bagian dalam tulang tengkorak, di bagian depan kepala, akan kita temukan daerah frontal cerebrum (otak besar). Buku berjudul Essentials of Anatomy and Physiology, yang berisi temuan-temuan terakhir hasil penelitian tentang fungsi bagian ini, menyatakan:

Dorongan dan hasrat untuk merencanakan dan memulai gerakan terjadi di bagian depan lobi frontal, dan bagian prefrontal. Ini adalah daerah korteks asosiasi…(Seeley, Rod R.; Trent D. Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy & Physiology, 2. edition, St. Louis, Mosby-Year Book Inc., s. 211; Noback, Charles R.; N. L. Strominger; and R. J. Demarest, 1991, The Human Nervous System, Introduction and Review, 4. edition, Philadelphia, Lea & Febiger , s. 410-411)

Buku tersebut juga mengatakan:

Berkaitan dengan keterlibatannya dalam membangkitkan dorongan, daerah prefrontal juga diyakini sebagai pusat fungsional bagi perilaku menyerang…(Seeley, Rod R.; Trent D. Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy & Physiology, 2. edition, St. Louis, Mosby-Year Book Inc., s. 211)

Jadi, daerah cerebrum ini juga bertugas merencanakan, memberi dorongan, dan memulai perilaku baik dan buruk, dan bertanggung jawab atas perkataan benar dan dusta.

Jelas bahwa ungkapan "ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka" benar-benar merujuk pada penjelasan di atas. Fakta yang hanya dapat diketahui para ilmuwan selama 60 tahun terakhir ini, telah dinyatakan Allah dalam Al Qur'an sejak dulu.

Relativitas Waktu




Kini, relativitas waktu adalah fakta yang terbukti secara ilmiah. Hal ini telah diungkapkan melalui teori relativitas waktu Einstein di tahun-tahun awal abad ke-20. Sebelumnya, manusia belumlah mengetahui bahwa waktu adalah sebuah konsep yang relatif, dan waktu dapat berubah tergantung keadaannya. Ilmuwan besar, Albert Einstein, secara terbuka membuktikan fakta ini dengan teori relativitas. Ia menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan. Dalam sejarah manusia, tak seorang pun mampu mengungkapkan fakta ini dengan jelas sebelumnya.
Tapi ada perkecualian; Al Qur'an telah berisi informasi tentang waktu yang bersifat relatif! Sejumlah ayat yang mengulas hal ini berbunyi:

"Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu." (Al Qur'an, 22:47)

"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (Al Qur'an, 32:5)

"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun." (Al Qur'an, 70:4)

Dalam sejumlah ayat disebutkan bahwa manusia merasakan waktu secara berbeda, dan bahwa terkadang manusia dapat merasakan waktu sangat singkat sebagai sesuatu yang lama:

"Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab: 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman: 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui'." (Al Qur'an, 23:122-114)

Fakta bahwa relativitas waktu disebutkan dengan sangat jelas dalam Al Qur'an, yang mulai diturunkan pada tahun 610 M, adalah bukti lain bahwa Al Qur'an adalah Kitab Suci.

Rabu, 13 April 2011

Kisah Pria dan Empat Orang Istrinya


Ada seorang pria saudagar kaya raya yang mempunyai 4 isteri. Seluruh isteri sangat dia cintai, tapi yang ke-4 lah yang dia manjakan dengan harta dan kesenangan. Isterinya ini memang tercantik di antara ketiga isteri yang lainnya.
Saudagar ini juga mencintai isterinya yang ke-3. Dia sangat bangga dengan sang isteri dan selalu berusaha untuk memperkenalkan wanita cantik ini kepada semua temannya. Namun ia juga selalu khawaatir, kalau-kalau isterinya nanti lari dengan pria lain.
Begitu juga dengan isteri ke-2. Si saudagar sangat menyukainya karena ia isteri yang sabar dan penuh pengertian. Ketika dia mendapat masalah, ia selalu minta pertimbangan isteri ke-2-nya ini, yang selalu menolong dan mendampingi sang suami melewati masa-masa tersulit.
Sama halnya dengan isteri pertama. Ia adalah pasangan yang sangat setia dan selalu membawa kebaikan bagi kehidupan keluarganya. Wanita ini yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan bisnis sang suami. Akan tetapi, sang pedagang kurang mencintainya meski isteri pertama ini begitu sayang kepadanya.

Singkat cerita si saudagar jatuh sakit dan menyadari bahwa ajal makin dekat. Di tengah sakitnya yang parah, dia mencoba tentang semua keindahan yang diperolehnya dan berkata dalam hati, “Saat ini aku punya 4 isteri. Namun akankah aku sendiri saat aku meninggal nanti. Betapa menyedihkan.”
Lalu saudagar itu memanggil semua isterinya dan bertanya pada isteri yang ke-4-nya.
“Engkaulah yang paling kucintai, kuberikan kau gaun dan perhiasan indah. Nah, sekarang aku akan mati. Maukah kamu mendampingi dan menemaniku?”
Sang isteri terdiam…. “Tentu saja tidak!” Jawab isteri ke-4 dan pergi begitu saja tanpa berkata-kata lagi. Jawaban ini sangat menyakitkan hati. Seakan-akan ada pisau terhunus dan mengiris-iris hatinya.
Saudagar itu sedih lalu bertanya pada isteri ke-3.
“Aku pun mencintaimu sepenuh hati dan saat ini hidupku akan berakhir. Maukah kau ikut denganku dan menemani akhir hayatku?”
“Hidup begitu indah di sini, Aku akan menikah lagi jika kau mati.” Jawab isterinya seakan tak peduli.
Bagai disambar petir di siang bolong, si saudagar sangat terpukul dengan jawaban tersebut. Badannya terasa demam.
Kemudian ia memanggil isteri ke-2.
“Aku selalu berpaling kepadamu setiap kali aku mendapat masalah dan kau selalu membantuku sepenuh hati. Kini aku memerlukan sekali bantuanmu. Kalau aku mati, maukah engkau mendampingiku?”
“Maafkan aku kali ini aku tak dapat menolongmu. Aku hanya dapat menghantarmu hingga ke liang kubur. Nant akan kubuatkan makam yang indah untukmu.” Jawab si isteri lembut
Saudagar ini sangat putus asa. Dalam keadaan kecewa itu, tiba-tiba terdengar suara, “Aku akan tinggal bersamamu dan menemanimu kemana pun kau pergi. Aku tak akan meninggalkanmu, aku akan setia bersamamu.”
Pria itu lalu menoleh ke samping, dan mendapati isteri pertamanya di sana. Ia tampak begitu kurus. Badannya seperti orang kelaparan. Merasa menyesal, sang pedagang lalu bergumam, “Kalau saja aku dapat merawatmu lebih baik saat aku mampu, tak akan kubiarkan engkau kurus seperti ini, isteriku.”
Sahabatku! Ini memang cerita poligami tapi sebatas tamsil. Karena sesungguhnya dalam kehidupan nyata kita punya 4 isteri ini.
Isteri ke-4 adalah TUBUH kita.
Seberapa banyak waktu dan biaya yang kita keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan gagah. Semua ini akan hilang dalam suatu batas waktu dan ruang. Tak ada keindahan dan kegagahan yang tersisa saat kita menghadap kepada-Nya.
Isteri ke-3, STATUS SOSIAL DAN KEKAYAAN.
Saat kita meninggal, semuanya akan pergi kepada yang lain. Mereka akan berpindah danmelupakan kita yang pernah memilikinya. Sebesar apapun kedudukan kita dalam masyarakat dan sebanyak apapun harta kita, semua itu akan berpindah tangan dalam waktu sekejap ketika kita tiada.
Isteri ke-2, yakni KERABAT DAN TEMAN.
Seberapa pun dekat hubungankita dengan mereka, kita tak akan dapat terus bersama mereka. Hanya sampai liang kuburlah mereka menemani kita.
Dan sesungguhnya isteri pertama kita adalah JIWA DAN AMAL SHALIH KITA.
Sebenarnya hanya jiwa dan amal shalih kita sajalah yang mampu untuk terus setia mendampingi kemana pun kita melangkah. Hanya amallah yang mampu menolong kita di akhirat kelak.
Jadi, selagi mampu, perlakukanlah jiwa kita dengan bijak serta jangan dan lekas malu untuk berbuat amal, memberikan pertolongan kepada sesama yang memerlukan. Betapa pun kecilnya bantuan kita, pemberian kita menjadi sangat berarti bagi mereka yang memerlukan.
sumber: (http://fadil.blogsome.com)

Selasa, 05 April 2011

Lain Guru, Lain Murid: Sejarah JIL Merusak Akidah Islam di Indonesia



Setelah didirikan pada tanggal 8 maret 2001, praktis JIL mulai disibukkan pada serangkaian agenda-agenda penting mereka untuk membumikan garis Islam liberal yang sudah sempat booming pada era 1970-an.
Situs JIL pun launch bertetepatan pada tanggal yang sama. Menurut Budy Munawar Rachman, JIL bukanlah organisasi formal layaknya Muhammadiyah dan NU. JIL hanyalah organisasi jaringan yang lebih bersifat cair dan lepas.
Dalam situsnya, Islam liberal dalam pandangan JIL adalah suatu bentuk penafsiran tertentu atas Islam dengan landasan: Pertama, membuka pintu ijtihad pada semua dimensi Islam. Kedua mengutamakan semangat religio-etik dan bukan makna literal teks. Ketika mempercayai kebenaran yang relatif, terbuka dan plural.
Keempat memihak pada minoritas yang tertindas. Kelima meyakini kebebasan beragama. Keenam memisahkan otoritas duniawi dan ukhrawi serta keagamaan dan politik (sekularisme).
Para intelektual muda yang terlibat dalam pengelolaan Jaringan Islam Liberal angkatan pertama adalah: Goenawan Mohammad, Ahmad Sahal, Ulil Abshar Abdalla, Luthfie Asy-syaukanie, Hamid Basyaib dan Nong Darol Mahmada. Bisa dikatakan nama-nama ini pas jika dijuluki sebagai founding father JIL secara kelembagaan.
Namun jika dikerucutkan kembali, kemunculan JIL tidak lepas dari tangan Ulil Abshar Abdalla (Lakpesdam NU), Ahmad Sahal (Jurnal Kalam), dan Goenawan Mohamad (ISAI) sebagai trimurti berdirinya JIL yang sempat melontarkan wacana itu ketika duduk-duduk di Jalan Utan Kayu 68 H, Jakarta Timur, Februari 2001.
Lain Guru, Lain Murid
Uniknya, jika kita berkaca pada nama-nama di atas, tak sedikit pengalaman mereka dipenuhi oleh deretan riwayat pendidikan pesantren dan perguruan tinggi Islam yang cukup kuat di Indonesia. Tak jarang pula mereka sempat berguru kepada para Ulama dan dosen yang sangat tulus dan lurus dalam memahami Islam.
Mari kita ulas satu persatu. Ahmad Sahal, misalnya, ia adalah Juara Pertama Pembaca Kitab Kuning dalam ajang Lomba Baca Kitab Kuning di Kampus IAIN Syahid Jakarta tempo dulu.
Sahal juga berasal dari keluarga NU. Pernah mengenyam pendidikan di pesantren Futuhiyyah, Mranggen Demak dan al-Falah, Ploso, Mojo, Kediri. Atau Ulil Abshar Abdalla, mantan Mahasiwa LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) yang keluar dari “mainstream”. Ia sempat kuliah di LIPIA pada tahun 1988 sampai 1993 sebelum sempat di drop-out.
Seperti mahasiswa LIPIA pada umumnya, Ulil juga mempelajari kita-kitab Ibnu Taimiyyah yang sangat indah dan bernuansa tauhid sebagai keharusan seorang mahasiswa kala itu. Ulil nyaris saja mendapat gelar sarjana di Fakultas Syari'ah, namun sayang berkah LIPIA urung dia dapatkan hingga kemudian dikeluarkan oleh pihak kampus tanpa sempat menyabet gelar sarjana.
Sebagai santri, Ulil muda juga adalah seorang pelajar di Madrasah Mathali'ul Falah, Kajen, Pati, Jawa Tengah yang diasuh oleh KH. M. Ahmad Sahal Mahfudz (wakil Rois Am PBNU periode 1994 1999 dan Rois Am PBNU 2004-2010). Tak hanya itu, Ulil juga pernah “mondok” di Pesantren Mansajul 'Ulum, Cebolek, Kajen, Pati, serta Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang.
Berbeda dengan Ulil yang membela Ahmadiyah, KH Sahal Mahfudz justru terkenal keras menentang Ahmadiyah. Romo Kyai -begitu para santri memanggilnya termasuk Ulil- meminta agar Ahmadiyah keluar dari Islam. Beliau terkenal garang dalam mengkritik kalangan muda NU yang memakai jurus “Atas nama HAM” untuk membela kehadiran Ahmadiyah.
KH. Sahal dengan tegas menyatakan bahwa Ahmadiyah mempunyai akidah yang berbeda. KH. Sahal Mahfudz pun telah berkali-kali menyatakan Ahmadiyah sesat dan meminta pemerintah untuk membubarkan dalam kapasitasnya sebagai petinggi Majelis Ulama Indonesia.
Kisah lain guru, lain murid selanjutnya berlanjut jika kita menyebut nama Nong Darol Mahmada. Perempuan muda yang “istiqomah” melepas jilbabnya setelah mangkat dari IAIN Syarif Hdiayatullah Jakarta ini pernah menulis tentang pengalamannya menjadi seorang yang taat beribadah sebelum singgah mengadopsi pemikiran liberal.
“Aku lahir dari keluarga santri. sejak kecil belajar mengaji. Lulus SD, terus nyantri di pesantren Cipasung Tasikmalaya dari SMP-SMA. Padahal orang tuaku punya pesantren dan sekolah.”
Bahkan mantan kader Forum Mahasiswa Ciputat (FORMACI) kala kuliah itu terang-terangan mengakui bahwa dirinya berada dalam derajat liberal yang kaffah. Simaklah ucapannya berikut ini:
“Di Freedom Institute dan Jaringan Islam Liberal, kita semua dekat seperti saudara. Yang menyatukan kita adalah kita benar-benar menjadi liberal yang kaffah. Kita merasa satu ide, satu perjuangan.”
Padahal jika kita tarik ke belakang, nama Pondok Pesantren Cipasung bukanlah institusi pendidikan Islam yang bisa dipandang sebelah mata. Pesantren terkemuka di Indonesia ini diasuh oleh sorang ulama kharismatik yang terekam dalam sejarah siap mengadai nyawa demi tegaknya Islam di bumi nusantara.
Pondok pesantren Cipasung Tasikmalaya didirikan pada tahun 1930 oleh almarhum KH. Ruhiat dengan semangat syiar Islam yang besar. Almarhum adalah tokoh yang sangat terkemuka pada zamannya. Beliau demikian teguh memegang prinsip Syariat Islam dan gigih mewarisi pendidikan Pesantren sekali pun halangan dan rintangan menghadang terutama dari pihak Kolonial yang menyebabkan Alm. KH. Ruhiat harus keluar masuk penjara.
Walaupun hidup dalam keadaan mencekam, beliau dengan penuh kesabaran dan ketawakalan kepada Allahuta’ala, tidak henti-hentinya membina pesantren ini dengan ikhlas, memberikan pendidikan dan pengajaran kepada para santri tanpa mengenal lelah siang dan malam. Semuanya itu demi cita-cita mulia yakni mendidik generasi muslim menjadi insan soleh dan takwa di jalan agama.
Bahkan Belanda pernah berusaha membunuh KH. Ruhiat dengan melepaskan serentetan tembakan ke arahnya, namun berkat pertolongan Allah SWT, usaha ini gagal. Kendati demikian, bukan berarti tidak ada korban dalam aksi penyerangan itu. KH. Ruhiat boleh selamat, namun muntahan peluru tersebut justru mengenai tiga orang santri yang setia bersama almarhum kala itu.
Abdur Rozak yang berasal dari Tawang Banteng dan Ma’mun yang berasal dari Rancapaku keduanya gugur sebagai syuhada. Sedangkan santri lainya bernama Aen, mendapat luka lebar di bagian kepala.
Setelah dahsyatnya ancaman, teror, dan kekejaman datang silih berganti, KH. Ruhiat pun ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara Tasikmalaya. Selama kurang lebih sembilan bulan beliau hidup dalam pengasingan dibalik jeruji besi, hingga pada tanggal 27 Desember 1949 beliau baru kemudian dibebaskan.
Namun sekalipun beraneka cobaan dan cerita pahit senantiasa menghampiri, almarhum KH. Ruhiat tergolong Ulama yang sabar dan ikhlas berjuang menyisipkan iman kepada Allah SWT dalam hatinya. Beliau berprinsip sekalipun hidup dalam kondisi sulit, kegiatan mencetak generasi-generasi soleh di pesantren tidak boleh hanyut tergerus waktu apalagi karam diterpa gelombang.
Entah apa jadinya jika KH Ruhiat masih hidup. Perjuangannya yang mesti dibayar dengan darah dan nyawa untuk mempertahankan pesantren bisa jadi sekarang sedang dikhianati oleh santrinya sendiri.
Dalam situs JIL, Nong Darol Mahmada pernah mengritik pemberlakuan hukum wajib berjilbab dalam Islam. Dengan mempersoalkan dalil sahih pemakaian jilbab, ia memulai tulisannya dengan pertanyaan “Benarkah jilbab itu adalah syariat Islam?”
Lantas dengan menelaah buku “Kritik Atas Jilbab” karya Muhammad Said Al-Asymawi yang diterbitkan oleh JIL bulan April 2003, Nong Darol mendelegasikan pernyataan yang justru tidak akan bisa diterima oleh umat Islam. Ia menulis,
“Sebenarnya konsep hijab bukanlah milik Islam. Dalam kitab Taurat, Injil, bahkan sebelum munculnya agama-agama Samawi, (seperti zaman Asyria), tradisi penggunaan jilbab sudah dikenal. Pelembagaan hijab dalam Islam didasarkan pada ayat 24 Surat An-Nur."
Menurut Nong, kalimat dalam ayat itu “hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya” adalah merupakan reaksi dari tradisi pakaian perempuan Arab jahiliah karena menurut tafsir Ibnu Katsir, perempuan zaman jahiliah biasa memperlihatkan lehernya. Artinya, ayat jilbab di atas bersifat kondisional.”
Lalu dengan mengutip Abu Syuqqah, Nong menulis bahwa kalimat “yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal…” dalam ayat 33:59, menunjukkan bahwa maksud, penggunaan jilbab adalah untuk membedakan perempuan merdeka dan perempuan budak, bukan pada substansi ajaran Islam. Bahkan lebih jauh lagi, Nong mengomentari bahwa ayat ini menunjukkan ketidakjelasan Islam dalam melihat posisi budak.
“Inilah yang dipahami bersifat elitis dan diskriminatif. Karena dengan ayat ini, ingin membedakan status perempuan Islam yang merdeka dan budak. Di sini dapat dilihat ambiguitas Islam dalam melihat posisi budak. Satu sisi ingin menghancurkan perbudakan, di sisi lain, masih mempertahankannya dalam strata masyarakat Islam misalnya dalam perbedaan berpakaian di atas.” tulis nong.
Kisah "penghianatan" murid kepada guru juga terjadi pada pendiri JIL lainnya yakni Luthfie Asy-Syaukani. Luthfie yang pernah melukai hati umat ketika menyamakan kasus Lia Eden dengan apa yang dialami Nabi Muhammad SAW, tidak lain adalah mahasiswa Prof Naquib Al Attas saat di ISTAC-IIUM Malaysia dalam jenjang Magister.
Berbeda dengan sang murid, Prof Al Attas adalah akademisi yang sangat concern melawan liberalisne, sekularisme, dan pluralisme Agama. Dari kegigihan Prof Al Attas lah lahir nama-nama cendekiawan muslim Indonesia yang kini silih berganti menangkal bahaya penyesatan Jaringan Islam Liberal. Sebutlah seperti DR. Adian Husaini, DR. Syamsuddin Arif hingga DR. Hamid Fahmy Zarkasy.

Dalam menepis bahaya Sekularisme dimana ada pemisahan antara agama dan politik, serta relasi Islam dan Ilmu, Al Attas sampai membuat satu buku berjudul “Islam and Secularism”.
Al Attas jua lah yang menekankan tiap mahasiswanya untuk tidak minder terhadap Barat. Al-Attas kemudian menuding bahwa konsep ilmu sekular Barat adalah sumber kerusakan terbesar bagi umat manusia saat ini.
Karena itu, saat menjadi Keynote Speaker pada Konferensi Pendidikan Islam di Mekkah, 1977, Al-Attas menggulirkan makalah berjudul ”The Dewesternization of Knowledge.” Dan langkah awal diajukannya untuk membangun peradaban Islam adalah “Islamisasi Ilmu.”
Sekali lagi: Lain guru, lain murid. Sebaliknya, Luthfie amat kagum kepada Barat. Ia pernah mengecam umat muslim yang alergi terhadap sekularisme. Dalam tulisannya, Berkah Sekularisme, yang dimuat pada koran Jawa Pos tahun 2005, Luthfie menyatakan bahwa Sekularisme adalah berkah bagi agama-agama.
“Dalam perkembangannya, sekularisme menjadi konsep yang sangat efektif, bukan hanya dalam meredam konflik dan ketegangan antara kuasa agama dan negara, tapi juga dalam memberikan landasan pada demokrasi dan persamaan hak.” Tulis Luthfie.

Bahkan saat ditanya, perspektifbaru.com terkait apakah soal agama perlu atau tidak diurusi oleh negara, Luthfie menjawab enteng, “Saya kira tidak perlu..Urusan-urusan yang terkait dengan pemahaman keagamaan biarkan masyarakat yang mengurusi itu.“
Sungguh, andaikan para murid tersebut yakin atas cahaya Islam, mereka bisa jadi tidak sedang berada dalam gerbong-gerbong sejarah kelam seorang murid yang mengkhianati gurunya. Semoga tidak lahir murid-murid seperti ini di waktu-waktu yang mendatang. (bersambung/pz)
sumber : (http://www.eramuslim.com)

Rabu, 30 Maret 2011

3 golongan orang sholat jumat



Tiga tingkatan (golongan) orang yang melaksakan shalat Jum’at

Dalam salah satu hadists Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah (yang berpendapat hadits ini shahih) dari Abdullah bin Umar ra, Rasulullah bersabda bahwa ada tiga tingkatan / jenis orang yang menghadiri jum'at yaitu:


• Orang yang menghadirinya dengan sia-sia, dan baginyalah kesia-siaan itu
• Orang yang menghadirinya dengan berdo'a, tergantung kepada Allah swt lah pengabulan do'anya.
• Orang yang menghadiri, mendengarkan dan diam serta tidak melangkahi pundak seorang muslim dan tidak menyakiti siapapun, maka Allah swt akan memberikan ampunan dosa baginya hingga Jum'at berikutnya ditambah tiga hari (10 hari berikut) sesuai dengan firman Allah " Barangsiapa membawa amal yang baik baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya" (QS 6:160)
(Menurut Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani hadits ini hasan)
Note: Dari ketiga golongan diatas mungkin dapat dijelaskan sbb:
• Golongan pertama merupakan orang yang datang ke masjid untuk Jum'atan karena keterpaksaan, datang terlambat, tidak mendengarkan khutbah dan bahkan tidur ketika khutbah dikumandangkan, dan hanya menghadiri shalat Jum'at karena ritualnya saja, tanpa bersungguh-sungguh menghayatinya.
• Golongan kedua merupakan sekelompok orang-orang yang sudah memenuhi segala aspek-aspek persyaratan shalat Jum'at dari mendengar khutbah, shalat yang benar, berdo'a, tetapi masih melupakan hal-hal yang cukup esensial didalam melaksanakan shalat Jum'at, seperti menyempurnakan wudhu', membersihkan diri sebelumnya, berusaha mendapatkan syaf yang terdepan dsb.
• Golongan ketiga yaitu orang-orang yang sungguh-sungguh dalam menghadapi shalat Jum'at. Mereka benar-benar menyiapkan diri untuk melakukannya, sebagaimana yang dikatakan Rasulullah bahwa hari Jum'at itu adalah hari besarnya ummat Islam (hari berjama'ah / berkumpul), mereka membersihkan diri, berusaha datang seawal mungkin untuk mendapatkan syaf terdepan, berdzikir sebelum shalat dimulai, mengikuti khutbah dengan seksama dan menghayatinya dan seterusnya.

Marilah kita renungkan termasuk tingkatan golongan manakah kita ????
Jika kita masih merasa jauh dari golongan yang ketiga, marilah kita berusah untuk mencapainya.
Semoga shalat Jum'at kita tidak sia-sia..................
sumber: (http://saef-jaza.blogspot.com)